Oleh : Dedet Zelthauzallam
Menjelang
pemilu legilatif dan presiden 2014, peta perpolitikan Indonesia masih dikatakan
belum stabil. Partai politik yang akan bertarung masih memiliki peluang yang
sama. Meskipun banyak survei menjagokan Golkar dan PDIP memenangkan pemilu.
Namun hal itu tidak bisa dijadikan patokan, mengingat politik itu bisa berubah
secepat kilat. Bisa kita melihat bagaimana suara PKS yang turun derastis sejak
presidennya dijadikan tersangka oleh KPK.
Saat ini parpol peserta pemilu sangat
berambisi mendulang suara sebanyak-banyaknya pada pemilihan legislatif karena
syarat untuk bisa mengusung calon presiden harus memiliki suara minimal
20%. Suara 20% harus menjadi target
minimal setiap partai yang mau memajukan kadernya menjadi capres. Koalisi untuk
mengusung capres dan wapres adalah hal yang dihindarkan oleh parpol besar.
Untuk
calon presiden 2014 sudah muncul beberapa nama yang akan diusung partai
politik, diantaranya Abu Rizal Bakrie (Golkar), Prabowo Subianto (Gerindra),
Wiranto (Hanura) dan Megawati Soekarnoputri (PDIP). Sedangkan Nasdem sebagai
partai baru kemungkinan akan mengusung Ketua Umumnya, Surya Paloh. Sedangkan
Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP dan PKB belum menetukan capres yang akan
diusung. Dari nonpartai Farhat Abas telah mendeklarasikan dirinya sebagai
capres. Sedangkan Rhoma Irama dan Jusuf Kalla belum diketahui akan diusung oleh
partai mana.
Dalam
beberapa survei memang nama-nama di atas sebagai kandidat capres yang dikatakan
pontensial dan memiliki tingkat elektabilitas yang tinggi. Namun dalam survei terakhir yang dilakukan oleh
PDB terhadap 13 kandidat capres potensial, elektabilitas Jokowi paling tinggi
dengan didukung 21,2% suara. Di bawah Jokowi menguntit Ketua Dewan Pembin
Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan raihan 18,4% suara. Ketua Umum PDIP
Megawati Soekarnoputri di bawahnya dengan 13% suara, diikuti Rhoma Irama yang
mengantongi 10,4 persen suara. Sedangkan Ical, JK, Wiranto dan Surya Paloh memperoleh suara berturut-turut 9,3%, 7,8%, 3,5% dan 1,3%.
Dari hasil survei PDB
tersebut, bisa disimpulkan bahwa masyarakat saat ini sudah terhipnotis dengan
gaya kepemimpinan Jokowi. Hal itu membuat suara Jokowi naik pesat
mengalahkan Prabowo dan Mega untuk maju menuju kursi RI-1. Tetapi seperti diketahui, kecil
kemungkinan untuk Jokowi maju sebagai capres pada pemilu 2014, mengingat Jokowi
baru menjabat sebagai Gubernur DKI dan partai PDIP sudah mengusung Megawati
sebagai capres.
Jadi andaikan kita tidak
menghitung Jokowi sebagai capres 2014, maka Prabowo
dan Mega memiliki peluang sangat
besar menjadi pengganti SBY. Selain ke dua nama itu Jusuf Kalla, mantan wapres
ini patut diperhitungkan andaikan ada parpol yang meminangnya. Sedangkan Ical (Ketua
Umum Golkar) saya katakan tidak akan bisa menduduki kursi RI-1 meskipun dalam
pemilu legislatif Golkar menang. Hal yang perlu diantisipasi adalah calon yang
akan diusung oleh PD.
Tetapi sekali lagi
nama-nama capres di atas tergantung dari hasil pemilu legislatif. Tidak ada
gunanya elektabilitas tinggi namun tidak ada partai yang mengusungnya. Namun
andaikan capres 2014 itu Mega, Prabowo
dan Ical. Maka Prabowo akan memenagkan kursi RI-1. Prabowo merupakan pemimpin
alternatif bagi masyarakat Indonesia mengingat Jokowi tidak mencalonkan diri
sebagai presiden. Kita tunggu saja bagaimana peta kekuatan politik menjelang
pemilu 2014. Tidak ada yang mustahil dalam dunia politik. Dalam politik itu tidak ada lawan
dan kawan yang abadi, yang abadi hanyalah KEPENTINGAN.
No comments:
Post a Comment