hidup

  • Indonesia.
  • Perkampungan Sasak.
  • Kantor Gubernur.
  • Sukarno.
  • Lombok.

Saturday 2 February 2013

INDONESIA KAYA TETAPI MISKIN


Oleh : Dedet Zelthauzallam
Negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Marauke adalah negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. Daratan Indonesia yang subur dan kekayaan lautanya yang tak terhitung membuat Indonesia menjadi rebutan pada waktu zaman penjajahan. Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda sampai Jepang memperebutkan Indonesia. Setelah mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1945 bangsa Indonesia berharap bisa mengelola sumber daya alam yang melimpah dengan baik demi mencapai tujuan negara yang tercantum di alenia ke empat UUD 1945. Tetapi hal tersebut tidak bisa tercapai sampai sekarang.
Setelah 67 tahun Indonesia masih tidak bisa keluar dari namanya kemiskinan. Hutang luar negerinya mencapai triliunan. Tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakatnya masih sangat kurang. Ketidakmampuan pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan membuat masyarakat Indonesia banyak jadi penggangguran sampai-sampai mencari pekerjaan ke luar negeri meskipun manjadi pembantu rumah tangga, sopir, buruh dan pekerjaan yang bisa dikatakan sebagai pekerjaan kasar. Malah Indonesia bangga mengatakan TKI sebagai pahlawan penyumbang devisa. Sungguh ironis dan memalukan bagi negari yang kaya.  
Sekarang ini semua SDA di Indonesia dikeruk oleh perusahaan luar negeri. Masyarakat Indonesia hanya sebagai penonton dan korban. Pemerintah yang berkuasa apatis dengan keadaan masyarakat. Para pemangku jabatan hanya mementingkan pribadi, golongan saja. Praktek KKN menjadi budaya bagi para pejabat di negeri ini yang membuat Indonesia berada ditingkat teratas daftar negara terkorup. Seharusnya kita malu dengan keadaan ini tetapi ternyata tidak. Mungkin karena budaya malu di negeri ini sudah tidak ada.
Sebenarnya apa yang salah di Negara Indonesia sehingga seperti ini? Apakah sistem atau apanya yang salah? Inilah yang harus  sama-sama kita pikirkan demi masa depan Indonesia yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment