Oleh : Dedet Zelthauzallam
Pulau Lombok adalah pulau mungil
yang memiliki keindahan pantai yang luar biasa. Dibalik keindahan pantai di
Lombok ada sebuah tradisi yang namanya menangkap nyale (Bau Nyale). Bau nyale
dilaksanakan setiap tanggal dua puluh bulan kesepuluh dalam penanggalan Sasak
atau lima hari setelah bulan purnama, menjelang fajar di pantai selatan Pulau
Lombok ini. Nyale merupakan sejenis cacing laut yang hanya muncul dua atau tiga
kali setiap bulan kesepuluh penanggalan sasak.
Festival Bau Nyale yang ada di
Selatan Pulau Lombok yang memanjang sekitar 72 kilometer dari arah timur hingga
ke barat dari pantai Ujung Kelor yang berbatasan dengan Lombok Timur, hingga
pantai Pengantap di Lombak Barat merupakan pantai yang tempatnya nyale dapat
ditemukan. Tetapi pusat pelaksanaannya biasanya dilaksanakan di Pantai Seger,
Pantai Kute dan Pantai Kaliantan.
Dalam kegiatan bau nyale ini
terlihat antusiasi dari masyarakat sangat besar. Bayangan pantai selatan Lombok
kebanjiran manusia yang datang dari seluruh pelosok Pulau Lombok. Bau nyale ini
merupakan tradisi budaya dari adat sasak. Menurut dongeng bahwa pada zaman
dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama
Tonjang Beru. Sekeliling di kerajaan ini dibuat ruangan - ruangan yang besar.
Ruangan ini digunakan untuk pertemuan raja - raja. Negeri Tonjang Beru ini
diperintah oleh raja yang terkenal akan kearifan dan kebijaksanaannya Raja itu
bernama raja Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting.
Baginda mempunyai seorang putri,
namanya Putri Mandalika. Ketika sang
putri menginjak usia dewasa, amat elok parasnya. Ia sangat anggun dan cantik
jelita. Matanya laksana bagaikan bintang di timur. Pipinya laksana pauh
dilayang. Rambutnya bagaikan mayang terurai. Di samping anggun dan cantik ia
terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya lembut. Itulah yang membuat sang
putri menjadi kebanggaan para rakyatnya.
Semua rakyat sangat bangga mempunyai
raja yang arif dan bijaksana yang ingin membantu rakyatnya yang kesusahan.
Berkat segala bantuan dari raja rakyat negeri Tonjang Beru menjadi hidup
makmur, aman dan sentosa. Kecantikan dan keanggunan Putri Mandalika sangat
tersohor dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok. Kecantikan dan
keanggunan sang putri terdengar oleh para pangeran - pangeran yang membagi
habis bumi Sasak (Lombok). Masing - masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane,
Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru. Para pangerannya pada jatuh cinta. Mereka
mabuk kepayang melihat kecantikan dan keanggunan sang putri.
Mereka saling mengadu peruntungan,
siapa bisa mempersunting Putri Mandalika. Apa daya dengan sepenuh perasaan
halusnya, Putri Mandalika menampik. Para pangeran jadi gigit jari. Dua pangeran
amat murka menerima kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dan
Pangeran Maliawang. Masing - masing dari kerajaan Johor dan kerajaan Lipur.
Datu Teruna mengutus Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman
hancurnya kerajaan Tonjang Beru bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran Maliawang
mengirim Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat dan ancaman yang serupa.
Putri Mandalika tidak bergeming.
Serta merta Datu Teruna melepaskan senggeger Utusaning Allah, sedang Maliawang
meniup Senggeger Jaring Sutra. Keampuhan kedua senggeger ini tak kepalang
tanggung dimata Putri Mandalika, wajah kedua pangeran itu muncul berbarengan.
Tak bisa makan, tak bisa tidur, sang putri akhirnya kurus kering. Seisi negeri
Tonjang Beru disaput duka.
Kenapa sang putri menolak lamaran ?
Karena, selain rasa cintanya mesti bicara, ia juga merasa memikul tanggung
jawab yang tidak kecil. Akan timbul bencana manakala sang putri menjatuhkan
pilihannya pada salah seorang pangeran. Dalam semadi, sang putri mendapat
wangsit agar mengundang semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20 bulan 10
( bulan Sasak ) menjelang pagi - pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang.
Mereka harus disertai oleh seluruh rakyat masing - masing.
Semua para undangan diminta datang
dan berkumpul di pantai Kuta. Tanpa diduga - duga enam orang para pangeran
datang, dan rakyat banyak yang datang, ribuan jumlahnya. Pantai yang didatangi
ini bagaikan dikerumuni semut. Ada yang datang dua hari sebelum hari yang
ditentukan oleh sang putri. Anak - anak sampai kakek - kakek pun datang
memenuhi undangan sang putri ditempat itu. Rupanya mereka ingin menyaksikan
bagaimana sang putri akan menentukan pilihannya. Pengunjung berduyun - duyun
datang dari seluruh penjuru pulau Lombok.
Merekapun berkumpul dengan hati
sabar menanti kehadiran sang putri. Betul seperti janjinya. Sang putri muncul
sebelum adzan berkumandang. Persis ketika langit memerah di ufuk timur, sang
putri yang cantik dan anggun ini hadir dengan diusung menggunakan usungan yang
berlapiskan emas. Prajurit kerajaan berjalan di kiri, di kanan, dan di belakang
sang putri. Sungguh pengawalan yang ketat. Semua undangan yang menunggu berhari
- hari hanya bisa melongo kecantikan dan keanggunan sang putri. Sang putri
datang dengan gaun yang sangat indah. Bahannya dari kain sutera yang sangat
halus.
Tidak lama kemudian, sang putri
melangkah, lalu berhenti di onggokan batu, membelakangi laut lepas. Disitu
Putri Mandalika berdiri kemudian ia menoleh kepada seluruh undangannya. Sang
putri berbicara singkat, tetapi isinya padat, mengumumkan keputusannya dengan
suara lantang dengan berseru : ”Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran
dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan
bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara pangeran.
Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat kalian
nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan laut.”
Bersamaan dan berakhirnya kata -
kata tersebut para pangeran pada bingung rakyat pun ikut bingung dan bertanya -
tanya memikirkan kata - kata itu. Tanpa diduga - duga sang putri mencampakkan
sesuatu di atas batu dan menceburkan diri ke dalam laut yang langsung di telan
gelombang disertai dengan angin kencang, kilat dan petir yang menggelegar.
Tidak ada tanda - tanda sang putri
ada di tempat itu. Pada saat mereka pada kebingungan muncullah binatang kecil
yang jumlahnya sangat banyak yang kini disebut sebagai Nyale. Binatang itu
berbentuk cacing laut. Dugaan mereka binatang itulah jelmaan dari sang putri.
Lalu beramai - ramai mereka berlomba mengambil binatang itu sebanyak -
banyaknya untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih dan pula sebagai santapan
atau keperluan lainnya.
Itulah dongeng dari adanya Nyale.
Penangkapan Nyale menjadi tradisi turun - temurun di pulau Lombok. Pada saat acara
Bau Nyale yang dilangsungkan pada masa sekarang ini, mereka sejak sore hari
berkumpul di pantai mengisi acara dengan peresean, membuat kemah dan mengisi
acara malam dengan berbagai kesenian tradisional seperti Betandak (berbalas
pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada kekasih), serta Belancaran
(pesiar dengan perahu). Dan tak ketinggalan pula, digelar drama kolosal Putri
Mandalika di pantai Seger. Sekarang juga ini ada kegiatan untuk memilih model
yang dinamakan pemilihan putri mandalika.
Bau nyale ini merupakan salah satu
daya tarik wisatawan lokal dan asing di Pulau Lombok. Jadi kalau penasaran kunjunggilah
pantai selatan Pulau Lombok pada bulan Februari ini, karena diprediksikan nyale
akan mucul pada bulan Februari atau awal Maret 2013.
No comments:
Post a Comment