Oleh : Dedet Zelthauzallam
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan akan melakukan perubahan kurikulum pendidikan mulai
tahun ajaran 2013/2014. Rencana ini menuai pro dan kontra dari berbagai
kalangan masyarakat. Uji publik kurikulum ini juga sudah dilakukan. Setiap
perubahan pasti mengharapkan yang lebih baik dari keadaan sekarang, begitu juga
kurikulum 2013 ini diharapkan mampu mengubah wajah pendidikan di Indonesia.
Banyak yang pesimistis dengan kurikulum 2013
ini baik dari pakar pendidikan, tenaga pengajar dan masyarakat umum termasuk
saya. Apabila kita melihat di lapangan, yang salah dalam penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia bukan kurikulumnya. Kurikulum pendidikan Indonesia yang berlaku saat ini yaitu
KTSP bisa dinilai baik. Yang salah adalah kurangnya kualitas tenaga pengajar(guru),
sarana dan prasarana kurang menunjang. Bagaimana cara tenaga pengajar
melaksanakan kurikulum kalau mereka tidak memiliki kemampuan. Jadi pemerintah
harus lebih jeli dalam mengambil kebijakan, jangan asal mengubah tanpa arah.
Dana
yang dialokasikan untuk pelaksanaan kurikulum 2013 sebesar 2,491 triliun.
Bayangkan anggarannya sangat besar. Andaikan anggaran tersebut digunakan untuk
membangun gedung sekolah maka akan lebih meningkatkan dan menekan angka putus
sekolah di Indonesia. Anggaran seperti itu juga bisa digunakan untuk
meningkatkan mutu dan kualitas dari guru itu sendiri.
Mohammad
Nuh selaku Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan sangat optimis. Beliau mengklaim bahwa guru-guru di Indonesia sudah
setuju dan siap dengan adanya perubahan kurikulum ini. Pernyataan M. Nuh
menurut saya hanya mendengar sebagian guru yang ada. Sebenarnya guru khususnya
di pelosok atau daerah terpencil banyak yang tidak setuju. Banyak guru bingung
dengan adanya perubahan ini. Mereka harus mengubah administrasi yang ada, salah
satunya adalah rapor siswa.
Inilah
wajah pendidikan di Indonesia yang terlalu berorientasi pada sistem.
Sedikit-dikit menyalahkan sistem. Pemerintah tidak mau melihat langsung masalah
apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat khususnya di daerah pelosok negeri
ini sehingga pendidikan kita seperti ini.
Kita
sebagai masyarakat meskipun pesimis tetapi harus tetap berdo’a dan menunggu
hasil kurikulum pendidikan 2013 ini. Apakah anggaran 2,491 T akan mampu menguba
potret pendidikan Indonesia? Kita akan sama-sama menunggu jawaban dan hasilnya.
No comments:
Post a Comment