hidup

  • Indonesia.
  • Perkampungan Sasak.
  • Kantor Gubernur.
  • Sukarno.
  • Lombok.

Thursday 2 May 2013

ORIENTASI ANGKA MEWARNAI PENDIDIKAN DI INDONESIA


Oleh: Dedet Zelthauzallam
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar dari suatu negara untuk meningkatkan daya saing, kualitas dan kapabalitas dari masyarakat. Pendidikan inilah yang menjadi pemberi dan penentu arah dalam menentukan apakah negara itu maju atau tidak. Tujuan negara akan sangat sulit dicapai apabila di negara tersebut pendidikannya masih kurang. Dengan kata lain pendidikan sebagai hal yang sangat vital untuk diperhatikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di Indonesia pendidikan untuk warga negara sudah dijamin dalam UUD 1945 pasal 31. Pasal tersebut intinya menjamin semua warga negara untuk berhak mendapat pendidikan dan pemerintah memiliki kewajiban dalam membiayai pendidikan dasar warga. Di dalam pasal itu juga menyatakan bahwa pemerintah harus mengusahakan dan menyelenggaran satu sistem pendidikan nasional, yang bisa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak warga negara. Dan pasal tersebut juga menegaskan agar pemerintah memprioritaskan anggaran untuk pendidikan di Indonesia paling kurang 20% dari APBN ataupun APBD.
Lebih khususnya pendidikan di Indonesia saat ini diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional. UU tersebut menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Memang apabila kita melihat tujuan dari pendidian di Indonesia (UUD 1945 dan UU Nomor 20/2003), maka bisa dikatakan memiliki tujuan yang sangat mulia dalam membentuk masyarakat Indonesia yang berkualitas. Namun, dalam proses pelaksanaannya pendidikan Indonesia masih sangat-sangat kurang, baik dari aspek tenaga guru, gedung sekolah, serta sistem pendidikan yang diterapkan.
Masalah dari sistem pendidikan di Indonesia menjadi sebuah masalah yang memprihatinkan. Banyak anak bangsa ini yang putus sekolah, karena alasan biaya maupun sekolah di daerah tersebut masih tidak ada. Ada juga masalah dari aspek gedung sekolah bisa dikatakan sangat memprihatinkan. Banyak sekolah yang gedungnya beratapkan jerami, pohon kelapa dan sejenisnya. Intinya masalah pendidikan di Indonesia sangat kompleks.
Berbicara dari aspek sistem, maka bisa dikatakan belum mampu untuk mendongkrak kualitas dari peserta didik. Sistem pendidikan Indonesia masih monoton dan lebih parahnya lagi sistem pendidikan ini sering dipolitisi. Bayangkan saja sistem pendidikan ini sangat sering digonta-ganti namun tidak mampu menjawab masalah dasarnya.
Orientasi Angka dalam UN
   Berbicara masalah kualitas peserta didik di Indonesia maka bisa dikatakan belum bisa dikatakan berhasil, karena sistem pendidikan Indonesia terlalu berorientasi pada angka. Orientasi angka ini contohnya adalah hasil ujian nasional dijadikan persyaratan dalam menentukan kelulusan dan masuk perguruan tinggi. Ini akan menjadi sebuah masalah karena andaikan ada seorang anak yang pada saat ujian sedang ada gangguan psikologis atau sejenisnya maka akan sulit untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Bisa juga siswa yang malas mendapatkan nilai yang tinggi karena mendapat bocoran atau contekan.
Seharusnya sistem penilaian yang berorientasi pada angka tidak dipakai. Mengingat seorang peserta didik bukan dinilai dari segi intelektual saja, tetapi dari segi kepribadiaanya. Kepribadiaan ini menyangkut masalah akhlak,  agama, serta wataknya. Ini lebih penting dari pada intelektual.
Bayangkan saja andaikan hasil UN dijadikan sebagai ukuran dari pendidikan yang dijalankan selama bertahun-tahun (SMA dan SMP selama 3 tahun, SD selama 6 tahun), maka ini akan menjadi sebuah masalah yang besar. Pendidikan yang sebenarnya bukanlah seperti itu. Apalagi untuk mencapai pendidikan karakter. Hal tersebut tidak akan bisa mencetak anak didik yang memiliki karakter.
Carut Marut UN 2013
Bisa kita melihat bagaimana pelaksanaan UN 2013 untuk tingkat SMA/MA. Ini menjadi sebuah tolok ukur untuk mengatakan bahwa pendidikan Indonesia bobrok. Bayangkan saja UN yang merupakan kegiatan rutin setiap tahunnya bisa terkendala masalah soal. Soal untuk ujian nasional telat dikirim dan belum selesai dicetak. Hal tersebut menyebabkan UN di 11 provinsi tertunda.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai lembaga yang mengurus pendidikan di Indonesia tidak mampu melaksanakan tugas dengan baik dan benar. Planning dari pemerintah dalam menyiapkan UN bisa dikatakan kurang. Anggaran untuk UN mencapai ratusan miliar, namun masih terkendala dan bermasalah.
Ada apa sebenarnya dengan pendidikan di Indonesia? Apakah kurikulum 2013 bisa memperbaiki masalah pendidikan di Indonesia? Kita tunggu saja hasil dari perubahan kurikulum ini. Jangan sampai anggaran yang dikeluarkan ratusan miliar untuk perubahan kurikulum tidak memberikan dampak ke arah yang lebih baik bagi pendidikan di Indonesia.

No comments:

Post a Comment