Oleh: Dedet Zelthauzallam
Akhir-akhir
ini, banyak daerah Indonesia dilanda bencana alam. Mulai dari ujung barat Pulau
Sumatera dilanda letusan Gunung Sinambung di Sumatera Utara. Di ibu kota dan
sekitarnya (Jawa Barat dan Jawa Tengah) dilanda banjir. Di ujung utara pun
(Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah) tak terhidar dari bencana banjir bandang.
Dan beberapa titik dibeberapa daerah juga tidak terlepas dari amukan alam. Yang
terakhir kita rasakan adalah ketika gempa dengan kekuatan 6,4 SR mengguncang
Kebumen, Jawa Tengah.
Begitulah
sedikit gambaran mengenai keadaan alam di seluruh pelosok nusantara. Ini
berarti bisa dikatakan bahwa alam di negeri yang kaya nan sumber daya alamnya
sudah mulai mengamuk. Alam sepertinya tidak lagi mau bersahabat dengan
masyarakat Indonesia. Alam sepertinya sudah marah, karena terus menerus dikuras
tanpa ada suatu program yang bisa menjaga keberlangsungannya.
Masyarakat
Indonesia, khususnya para pemimpin negeri ini harus memiliki kepekaan terhadap
alam. Ini sangat penting untuk bisa menjaga kelestaraian dan keberlangsungan
negeri ini. Daniel Golemen (2010) menyebutkan bahwa selain kecerdasan sosial
dan emosional, harus ada juga kecerdasan ekologikal. Kecerdasan ekologi yang
dimaksud adalah kesadaran manusia tentang pentingnya menjaga kelestarian bumi
tempat kita tinggal. Tanpa adanya kecerdasan ekologi sepertinya alam ini akan
segera hancur.
Indonesia
yang rawan dengan bencana alam harus segera menanamkan pentingnya kecerdasan
ekologi kepada seluruh masyarakatnya. Instabilitas alam akan bisa terselesaikan
ketika semua elemen manusia memiliki kesadaran tentang pentingnya menjaga alam.
Pada
saat alam mengamuk negeri ini, harusnya kita sadar bahwa kita sudah salah
memperlakukan lingkungan kita, sehingga kita harus lebih care dengannya. Namun itu tidak, malah di tengah-tengah
instabilitas alam yang melanda, khususnya di tahun 2014 ini, malah saling
menyalahkan, baik itu antara pemerintah pusat dengan daerah atau antara Si Dia
dengan Si Itu. Ini tidak lain karena ada muatan politis dibelakangnya. Strategi
politik Machiavelli pun terus digunakan di tengah bencana yang melanda. Dan
akhirnya masyarakat yang dilanda bencana menjadi korbannya.
Seharusnya
di tahun politik ini, setiap partai politik dan kader-kadernya memberikan
contoh bagaimana cara menyelesaikan gemelut alam ini. Jangan hanya saling
menyalahkan dan melempar tanggung jawab. Masyarakat sangat menunggu suatu
perubahan, khususnya masalah bencana ini.
Saat
ini, bantuan memang terus berdatangan dari para donatur, khususnya politisi.
Ini tidak lain dan tidak bukan untuk mengambil hati masyarakat. Namun sangat
langka politisi yang ketika sudah menduduki jabatan, baik di ekskutif maupun
legislatif yang mau turun ke lapangan. Ini memang masalah yang perlu
diselesaikan dengan cara harus memiliki tiga kecerdasan yang dikatakan oleh
Goelman. Dan yang terpenting yang dilakukan oleh para politisi adalah dengan memiliki visi dan misi yang lebih care kepada lingkungan dan membuat kebijaka yang pro dengan alam.
No comments:
Post a Comment