Oleh: Dedet Zelthauzallam
Pemimpin
merupakan seorang nahkoda yang paling menentukan arah organisasi. Baik dan
buruknya sebuah organisasi ditentukan oleh pemimpinnya. Pemimpinlah yang paling
memiliki tanggung jawab penuh. Pemimpin menurut Ki Hajar Dewantara harus mampu
memposisikan dirinya ke tiga posisi, yaitu ing
ngarso sing tulodha, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Pemimpin tidak hanya harus bisa memimpin,
tetapi juga dipimpin.
Pasca
reformasi, peluang rakyat Indonesia untuk menjadi pemimpin sama rata. Siapa pun
bisa menjadi pemimpin dengan catatan harus ikut bertarung dalam pemilu. Pemilu
sebagai wahana untuk menghasilkan pemimpin yang berkualitas, professional dan
kapabel dalam memimpin bangsa Indonesia, sehingga mampu untuk membawa ke arah
cita-cita bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke empat.
Namun
pemilu yang sudah berlangsung di negeri ini belum mampu menghasilkan pemimpin
yang diharapkan. Ini bisa dilihat dari bagaimana prilaku para pemimpin yang
dihasilkan dari pemilu masih jauh dari harapan. Ego individual, partai dan
kelompok masih mendominasi dalam pengambilan keputusan. Padahal mereka
merupakan pemegang kedaulatan tertinggi yang berasal dari rakyat. Rakyatlah
pemegang kekuasaan yang sebenarnya, bukan mereka yang duduk manis di istana,
senayan dan kantor-kantor pemerintahan/perwakilan.
Pemilu
juga disinyalir sumber dari semua masalah saat ini, khususnya korupsi. Korupsi
yang melanda wakil rakyat, baik di daerah maupun pusat berawal dari pemilu.
Pemilu yang ongkosnya terlalu mahal membuat para pemimpin terpilih mencari
sumber lain di luar gaji dan tunjangannya. Proyek menjadi jalan utama mereka.
Mereka juga membuat rancangan anggaran yang semu, tidak tahu kemana arahnya.
Perilaku
amoral juga masih menghiasi para pemimpin negeri ini. Banyak dari mereka masih
suka jajan sana-sini dengan wanita yang bukan muhrimnya. Mereka juga masih
asyik melihat atraksi-atraksi dewasa di-hp super canggih yang dimilikinya.
Masalah
di atas perlu dijawab dan diselesaikan. Caranya adalah rakyat menghukum mereka
dengan cara tidak memilihnya kembali. Jangan sampai pemimpin dalam pemilu kali
ini menghasilkan pemimpin yang berwajah lama yang notabenenya memiliki rekam
jejak yang mengecewakan. Rakyat dalam pemilu kali ini harus bisa memilih yang
terbaik, bukan memilih uangnya.
Money politic
yang selalu menghiasi perhelatan dua pemilu sebelumnya (2004 dan 2009) harus
bisa diminimalisir. Mau tidak mau, suka tidak suka harus. Kalau hal ini masih
dilakukan dan diterima oleh rakyat, maka hal yang sama yang sudah terjadi akan
terjadi kembali dan akan malah lebih parah lagi, sehingga masa depan bangsa
kita akan semakin tidak jelas.
Pemimpin
yang diharapkan dalam pemilu kali ini adalah pemimpin yang bernurani rakyat,
bukan pemimpin yang haus dengan kekuasaan. Pemimpin bernurani rakyat akan
menampilkan segala bentuk pikiran, sikap dan perbuatan yang pro dengan rakyat
yang sudah memberikan amanah kepadanya. Kepentingan partai dan kroninya akan
dikesampingkan demi melaksanakan amanah. Pemimpin yang amanah adalah salah satu
kriteria pemimpin yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW.
Pemimpin
bernurani rakyat sebenarnya sudah ditunjukkan oleh para pahlawan pejuang
kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka melawan penjajah dengan ketulusan dan
keihlasan tanpa mengharapkan imbalan sedikit pun. Bapak proklamator bangsa,
Soekarno, menyatakan bahwa kami berjuang bukan mengharapkan jabatan dan harta,
tetapi demi kemerdekaan anak cucu bangsa dikemudian hari. Cita-cita luhur
mereka bisa dilihat dari bagaimana isi dari dasar dan konstitusi bangsa kita.
Para pahlawan juga banyak dari mereka tidak meninggalkan harta benda kepada
keluarga mereka. Ini bisa dilihat dari Soekarno. Ini sangat afirmatif dari para
pejabat bangsa ini yang hidup dengan kemewahan.
Saat ini, ada sekitar 240 juta penduduk
Indonesia. Saya yakin diantara mereka masih ada yang memiliki jiwa seperti
pahlawan pendiri bangsa ini. Tinggal bagaimana cara mereka diberikan
kesempatan. Tentunya ini kembali ke partai politik, karena partailah wadah
menelurkan pemimpin. Kaderisasi partai yang saat ini masih jauh dari namanya
berhasil. Bentuknya hanya sebatas siapa yang berduit dan siapa yang dikenal,
tanpa melihat bagaimana kualitas dan kemampuan yang dimiliki olehnya. Itulah
sebabnya partai politik dan wakil-wakil rakyat dibanjiri oleh pengusaha.
Pengusaha yang hanya memperjuangkan kepentingan mereka sendiri.
Pemimpin
pemilu 2014 harus yang bernurani rakyat, supaya apa yang terjadi periode
sebelumnya tidak terulang kembali. Dan cita-cita luhur pahlawan negeri ini bisa
tercapai. Semua itu ada ditangan rakyat. Rakyat harus membuktikan bahwa mereka
muak dengan mereka yang hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Rakyat
harus mencoblos orang yang benar-benar benar pada pemilu kali ini. “INDONESIA JAYA”