Oleh: Dedet Zelthauzallam
Pertanyaan
besar mengenai siapa yang akan menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono
sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia untuk lima tahun ke
depan sudah bisa dikatakan hampir diketahui. Itu disebabkan karena KPU sudah
memastikan pemilu presiden 2014 hanya akan diikuti oleh dua pasangan calon,
yaitu pasangan Jokowi-JK dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Dengan majunya
dua pasang capres dan cawapres tersebut, maka dipastikan presiden dan wakil
presiden Indonesia akan bisa diketahui pada tanggal 9 Juli mendatang, karena
otomatis pemilihan presiden akan dilakukan satu putaran saja.
Dengan
majunya dua pasang calon ini tentunya akan menjadi pertarungan yang bisa
dikatakan sangat seru. Kubu Jokowi-JK yang diusung oleh empat partai, yaitu
PDIP, PKB, Nasdem dan Hanura memiliki image
yang sangat afirmatif dengan pasangan Prabowo-Hatta yang diusung oleh 6 partai,
yaitu Gerindra, PPP, PKS, PAN, Golkar dan PBB. Dikatakan demikian karena banyak
pengamat mengatakan bahwa koalisi Jokowi-JK itu memperlihatkan koalisi rakyat
kecil, sedangkan koalisi Prabowo-Hatta lebih ke elit. Itulah sebabnya
pertarungan pilpres 2014 bisa dikatakan pertarungan antara kekuatan rakyat
dengan elit.
Tentunya
pandangan tersebut juga lahir dari banyak persepsi. Salah satu contohnya pada
saat melakukan deklarasi. Meskipun sama-sama berada di tempat yang bersejarah yang
berkaitan dengan para founding father,
khususnya sosok Soekarno, tetapi cara setting-nya
sangat berbeda. Kubu Jokowi-JK melakukannya dengan sangat sederhana dan
merakyat. Namun kubu Prabowo-Hatta dilakukan dengan cara yang cukup mewah dan
dihadiri oleh mayoritas elit.
Memang
hal itu tidak menjadi indikator kita untuk memilih. Namun dari cara-cara
seperti itulah kita mampu mem-filter
mana yang lebih baik dari dua pasangan ini. Tentunya antara ke dua pasang ini memiliki
plus minus. Dan sebagai rakyat kita harus cerdas untuk melihat bagaimana track record dari dua pasangan ini,
supaya pilihan kita bisa jatuh pada pilihan yang tepat untuk memimpin Indonesia
lima taun ke depan.
Metro vs TVOne
Pertarungan
antara Jokowi-JK dengan Prabowo-Hatta juga bisa dikatakan sebagai dua
pertarungan media berita yang bisa dikatakan terbesar di Indonesia, yaitu antara
Metro TV dan TVOne. Ini disebabkan oleh ke dua bos media tersebut mendukung
pasangan capres dan cawapres yang berbeda. Surya Paloh (Ketua Umum Nasdem)
berada di kubu Jokowi-JK sedangkan Aburizal Bakrie (Ketua Umum Golkar) berada
di kubu Prabowo-Hatta. Tentunya ini akan menjadi suatu hal yang sangat menarik,
karena ada peluang dan sudah hampir dilakukan oleh dua stasiun ini untuk
melakukan penyiaran secara tidak proporsional.
Untuk itulah, rakyat Indonesia sebagai pemegang
suara tidak boleh terlalu terbawa oleh informasi media, karena media pun tidak
akan dijamin mampu memberikan berita yang akurat, valid dan terpercaya. Rakyat harus
melihat lebih jauh ke belakang bagaimana track
record dari ke dua pasang ini.
Pasangan
capres dan cawapres ini juga akan menggunakan media lainnya sebagai sarana
komunikasi, sehingga rakyat sekali lagi harus lebih hati-hati dalam menyerap
informasi. Rakyat sebagai konsumen media tidak boleh langsung menelan informasi
tersebut tanpa adanya pembanding. Rakyat harus membandingkan informasi yang
didapatkan di media A dengan media lainnya. Dengan melakukan pembandingan, maka
insaAllah rakyat akan menemukan berita yang sebenarnya.
Siapa yang Lebih Kuat?
Dalam
beberapa survei yang dilakukan oleh lembaga survei, maka saat ini Jokowi-JK
masih berada di atas pasangan Prabowo-Hatta. Dengan perbedaan suara yang cukup
besar, ada di kisaran 17%. Tetapi ada yang menarik dari hasil lembaga survei tersebut,
yaitu pasangan Jokowi-JK suaranya bisa dikatakan stagnan dan memiliki
kecenderungan turun, sedangkan Prabowo-Hatta meranjak naik. Dan dalam survei-survei
tersebut juga menunjukkan bahwa masih banyak rakyat yang masih menentukan
pilihan, sehingga bisa dikatakan ke dua pasang ini memiliki peluang untuk
menang.
Namun
apabila melihat dari segi basis suara, dengan lebih melihat suku, maka pasangan
Jokowi-JK akan unggul dibandingkan dengan pasangan Prabowo-Hatta. Pasangan Jokowi-JK
dinilai sebagai pasangan yang bisa merangkul dan masuk ke semua kalangan dan suku
dari Jokowi-JK merupakan suku besar di Republik ini, yaitu suku Jawa dan Bugis.
Dalam
pertarungan pilpres 2014 ini juga, ada hal yang menarik, dimana ke dua capres
sama-sama berasal dari suku Jawa, sedangkan cawapres berasal dari luar Jawa, sehingga
banyak pengamat mengatakan ini pertarungan yang hampir sama kuat. Berbicara masalah
Jawa, maka berdasarkan pengalaman pada pemilu sebelumnya, bisa dikatakan bahwa
siapa yang menguasai Jawa dialah akan menjadi pemenang. Kita ketahui bersama
bahwa Jawa terdiri dari dua suku terbesar di Indonesia, yaitu suku Jawa (41,7%
dari penduduk Indonesia) dan Sunda 15,4% dari penduduk Indonesia).
Namun
menurut pandangan saya, Jokowi akan lebih mampu untuk menarik suara suku Jawa. Saya
katakan demikian, karena beberapa alasan. Pertama,
Jokowi lebih memperlihatkan kejawaannya dari pada Prabowo. Itu bisa dilihat
dari bagaimana sikap dan tutur katanya seperti orang Jawa tulen. Kedua, Jokowi didukug oleh PDIP yang
merupakan partai trahnya Soekarno. Kita ketahui bersama bahwa mayoritas orang
Jawa masih yakin dan percaya kepada trahnya Soekarno, sehingga dengan adanya sosok
Megawati, Buruh dan Puan akan mampu meraup suara pemilih dari suku Jawa.
Sedangkan
kalau kita melihat bagaimana basis suara pasangan capres dan cawapres di luar
Jawa, maka bisa dikatakan akan berimbang. Namun sekali lagi saya lebih condong
mengatakan bahwa Jokowi-JK akan kembali unggul. Ini disebabkan oleh sosok
Jokowi-JK bisa diterima di semua kalangan maupun suku bangsa. Dan terlebih
lagi, JK merupakan tokoh yang yang berasal dari Indonesia timur dan memiliki track record yang sudah terbukti. JK
pada saat menjabat sebagai wakil presiden 2004-2009 sudah membuktikan kapabalitas
yang ada dalam dirinya, khususnya penyelesaian konflik di Aceh dan Poso.
Dari
pendapat saya itulah, saya memprediksikan pasangan Jokowi-JK akan menang dalam
pilpres 2014 dengan meraup suara di atas 60%. Namun hal itu akan bisa berubah,
tergantung dari bagaimana strategi politik yang akan dilaksanakan oleh ke dua
pasang capres dan cawapres ini dalam waktu yang tersisa, khususnya dalam
menangkal black campaign, karena
akhir-akhir ini banyak isu yang dihembuskan.
Dan
akhirnya saya mengatakan bahwa pemenang pilpres 2014 akan ditentukan oleh
rakyat pada tanggal 9 Juli 2014 mendatang, apakah Jokowi-JK atau Prabowo-Hatta?
Jawaban realnya akan kita ketahui bersama setelah pencoblosan. Pastinya harapakan
kita seluruh rakyat Indonesia adalah melalui pilpres ini akan menelurkan
pemimpin yang akan mampu membawa angina perubahan untuk Republik ini.
No comments:
Post a Comment