Oleh: Dedet Zelthauzallam
Menjelang
penutupan pendaftaran capres dan cawapres di KPU, arah koalisi masih belum
rampung. Ada dua partai yang masih belum menentukan sikap, yaitu Golkar dan
Demokrat. Sedangkan sisanya sudah menentukan arah dukungannya. Poros Jokowi dan
Prabowo sama-sama didukung oleh empat partai, sehingga kekuatan dua partai ini
bisa dikatakan berimbang.
Sikap
partai Golkar dan Demokrat memang menjadi tanda tanya besar kemana mereka akan
berlabuh, apakah akan membentuk poros baru atau bergabung ke poros yang sudah
terbentuk. Tentunya itu akan terjawab paling lambat pada tanggal 20 Mei 2014.
Sikap dua partai ini memang akan bisa mempengaruhi peta kekuatan capres dan
cawapres, karena basis suarannya bisa dikatakan besar. Apa pun sikap partai Golkar
dan Demokrat harus tetap didasari oleh suatu proses koalisi yang tidak
bagi-bagi kekuasaan. Tetapi sikapnya memang murni karena memiliki kesamaan cara
dalam mencapai tujuan.
Rakyat
pun sebagai konstituen akan sabar menunggu bagaimana sikap partai menjeleng
pemilu. Rakyat sebagai pemegang amanah tertinggi juga harus lebih rasional
melihat bagaimana latar belakang terbentuknya koalisi. Jangan sampai koalisi
yang dibangun hanya bagi-bagi kekuasaan atau dalam istilah politik dagang sapi.
Budaya
politik dagang sapi tidak boleh terus menerus dilakukan, karena akan menjadi
penghambat dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Budaya politik dewasa ini
harus dibangun karena disebabkan oleh kesamaan platform dan idiologi. Apabila hal ini dilakukan, maka koalisi yang
dibangun akan tidak seperti pemerintah sebelumnya yang didominsasi oleh urusan
politik.
Republik
yang kaya ini akan menjadi hebat ketika para pemegang kekuasaannya memiliki
satu hati dan satu sikap, yaitu mencapai cita-cita bangsa yang tertuang dalam pembukaan
UUD 1945. Rakyat pun memiliki andil yang besar untuk bisa menentukan siapa
penguasa Republik ini untuk lima tahun ke depan. Apakah akan memilih penguasa
yang mempertahankan budaya lama atau budaya baru?
No comments:
Post a Comment