Oleh: Dedet Zelthauzallam
Menjelang
pemilihan presiden pada 9 Juli 2014 mendatang, peta perpolitikan semakin
bergerak dinamis. Artinya setiap partai politik tidak henti-hentinya mencari
kawan untuk menyamakan platform. Koalisi
parpol pun tidak bisa terealisasi dengan cepat, meskipun real count dari KPU sudah diumumkan. Memang ada beberapa parpol
yang sudah memastikan arah koalisi. Namun masih banyak juga parpol, khususnya
parpol besar belum menentukan arah.
Sampai
saat ini, tanggal 13 Mei 2014, baru tiga partai yang secara resmi sudah
menentukan siapa teman koalisinya, yaitu Nasdem, PKB dan PPP. Selebihnya masih
belum pasti kemana arahnya. Kalau melihat dari waktu pendaftaraan capres dan
cawapres, maka masih ada sisa satu pekan lagi untuk memustuskan arah
koalisinya.
Melihat
deal-deal politik yang terjadi, maka
yang membuatnya menjadi lamban adalah ketidaksingkronan kemauan antara partai
yang satu dengan lainnya. Tawar menawar mengenai apa yang didapatkan dari
koalisi masih tidak mampu ditinggalkan.
Bagi-bagi
kekuasaan masih menghiasi munculnya koalisi. Meskipun ada capres yang
mengatakan bahwa koalisi yang akan dibangun tidak untuk membagi-bagi kekuasaan,
tetapi koalisi yang disebutnya sebagai koalisi tanpa syarat. Capres tersebut
adalah Jokowi. Publik pun menanti apa yang telah dikatakan oleh capres yang
diusung oleh PDIP ini.
Tentunya
apa yang dikatakan oleh Jokowi menjadi terobosan baru dalam demokrasi di
Republik ini. Mengingat apa yang telah dilakukan oleh para pemegang kekuasaan
dewasa ini selalu dihiasi dengan pembagian jatah, maka harapan publik pun
tertuju pada Jokowi. Apakah akan bisa meninggalkan budaya lama atau ini hanya
slogan belaka, karena kita ketahui bersama bahwa budaya pembagian kursi menteri
menjadi hambatan dalam menelurkan kebijakan-kebijakan yang startegis. Kebijakan
yang diambil lebih banyak didominasi oleh kepentingan politik belaka, sehingga
rakyatlah yang menjadi korban.
Koalisi
yang dibangun tanpa syarat ini pun dipandang banyak pihak dengan pesimis.
Tentunya pandangan ini bermuara dari prilaku yang dipertontonkan para politisi
yang haus dengan kekuasaan. Politisi di negeri ini masih seperti serigala yang
tidak tahu mana yang hak dan bathil. Namun sebagai bangsa yang dibangun dari
semangat optimisme, maka kita seharusnya mendorong upaya-upaya yang akan
dilakukan oleh para capres.
No comments:
Post a Comment