Pages

Wednesday, 14 May 2014

KOALISI TANPA SYARAT

Oleh: Dedet Zelthauzallam
Menjelang pemilihan presiden pada 9 Juli 2014 mendatang, peta perpolitikan semakin bergerak dinamis. Artinya setiap partai politik tidak henti-hentinya mencari kawan untuk menyamakan platform. Koalisi parpol pun tidak bisa terealisasi dengan cepat, meskipun real count dari KPU sudah diumumkan. Memang ada beberapa parpol yang sudah memastikan arah koalisi. Namun masih banyak juga parpol, khususnya parpol besar belum menentukan arah.
Sampai saat ini, tanggal 13 Mei 2014, baru tiga partai yang secara resmi sudah menentukan siapa teman koalisinya, yaitu Nasdem, PKB dan PPP. Selebihnya masih belum pasti kemana arahnya. Kalau melihat dari waktu pendaftaraan capres dan cawapres, maka masih ada sisa satu pekan lagi untuk memustuskan arah koalisinya.
Melihat deal-deal politik yang terjadi, maka yang membuatnya menjadi lamban adalah ketidaksingkronan kemauan antara partai yang satu dengan lainnya. Tawar menawar mengenai apa yang didapatkan dari koalisi masih tidak mampu ditinggalkan.
Bagi-bagi kekuasaan masih menghiasi munculnya koalisi. Meskipun ada capres yang mengatakan bahwa koalisi yang akan dibangun tidak untuk membagi-bagi kekuasaan, tetapi koalisi yang disebutnya sebagai koalisi tanpa syarat. Capres tersebut adalah Jokowi. Publik pun menanti apa yang telah dikatakan oleh capres yang diusung oleh PDIP ini.
Tentunya apa yang dikatakan oleh Jokowi menjadi terobosan baru dalam demokrasi di Republik ini. Mengingat apa yang telah dilakukan oleh para pemegang kekuasaan dewasa ini selalu dihiasi dengan pembagian jatah, maka harapan publik pun tertuju pada Jokowi. Apakah akan bisa meninggalkan budaya lama atau ini hanya slogan belaka, karena kita ketahui bersama bahwa budaya pembagian kursi menteri menjadi hambatan dalam menelurkan kebijakan-kebijakan yang startegis. Kebijakan yang diambil lebih banyak didominasi oleh kepentingan politik belaka, sehingga rakyatlah yang menjadi korban.

Koalisi yang dibangun tanpa syarat ini pun dipandang banyak pihak dengan pesimis. Tentunya pandangan ini bermuara dari prilaku yang dipertontonkan para politisi yang haus dengan kekuasaan. Politisi di negeri ini masih seperti serigala yang tidak tahu mana yang hak dan bathil. Namun sebagai bangsa yang dibangun dari semangat optimisme, maka kita seharusnya mendorong upaya-upaya yang akan dilakukan oleh para capres.    

No comments:

Post a Comment