Oleh: Dedet Zelthauzallam
Menjelang
Pemilu 2014, kekuatan parpol semakin tidak bisa dibaca. Namun dalamberbagai survei
ada dua parpol yang selalu berada di atas dan memiliki suara yang signifikan. Dua
parpol itu adalah PDIP dan Golkar. Parpol orde baru ini sepertinya akan kembali
menguasai pemerintahan apabila melihat hasil survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).
Survei
SMRC membagi persaingan parpol ke dalam tiga lapisan, yaitu lapisan pertama
(PDIP dan Golkar), lapisan kedua (Partai Demokrat, Gerindra dan PKB) dan
lapisan ketiga (PPP, PAN, PKS, Hanura dan Nasdem). Dalam survei terebut PDIP
memimpin dengan perolehan suara 16,4 %, Golkar (15,0%), Demokrat (10,4%),
Gerindra (8,6%), PKB (7,7%), PPP (5,5%), PAN (4,8%), PKS (4,5%), Hanura (4,1%),
Nasdem (3,8%), PBB (1,2%) dan PKPI (0,3%)[1].
Melihat
hasil survei tersebut, maka beringin dan banteng akan bersaing ketat untuk
Pemilu 2014. Berdasarkan presentase hasil yang diperoleh, maka akan terjadi
koalisi dalam mengusung capres dan cawapres. Deal politik antar partai pun akan memuluskan jalan koalisi antar
partai, baik yang berhaluan nasional maupun islam.
Menurut
saya, PDIP memperoleh suara tertinggi disebabkan oleh adanya trust publik terhadap pemerintah
menurun. Inilah yang menyebabkan partai di luar pemerintah diuntungkan, karena
rakyat akan beralih haluan ke arah partai oposisi. Selain itu juga, PDIP
dinilai berhasil menelurkan generasi emasnya. Sebut saja, mulai dari Jokowi,
Risma, dan Ganjar Pranomo. Ketokohan yang dimiliki oleh PDIP inilah yang
menyebabkan konstituen menaruh kepercayaan pada partai yang dipimpin oleh
Megawati Soekarno Putri ini.
Sedangkan
Golkar mampu meraup suara tinggi, disebabkan oleh adanya struktur pengurus yang
mengakar sampai ke bawah dan caleg dari Golkar lebih banyak mantan pejabat dan
tokoh di suatu daerah pemilihan/dapil. Ini merupakan warisan yang diperoleh
Golkar dari masa keemasannya pada saat orde baru.
Menurut
saya, Golkar akan kembali menjadi pemenang dalam pemilu 2014. Ini mengingat Golkar
lebih memiliki para caleg yang memiliki pengaruh yang besar di daerah. PDIP
saya nilai akan bisa menyalip Golkar dengan catatan Jokowi dideklarasikan menjadi
capres sebelum Pemilu 2014. Memang akan terjadi persaingan yang ketat untuk
Pemilu 2014 ini. Kursi yang akan diperoleh dua partai ini akan tidak jauh berbeda.
Kemungkinan besar perolehan suara dua partai atau salah satu darinya akan bisa
mencapai 20%, sehingga tidak perlu koalisi.
Untuk
urutan ketiga, saya melihat Gerindra lebih memiliki peluang yang besar dibandingkan
dengan Demokrat. Ini disebabkan oleh keretakan internal Demokrat dengan
berbagai isu negatif, sehingga masyarakat tidak terlalu percaya pada partai
yang dipimpin oleh SBY ini. Kejayaan partai Demokrat sepertinya akan runtuh
pada Pemilu 2014 ini. Sedangkan Gerindra diuntungkan oleh ketokohan Prabowo
Subianto. Mengingat publik saat ini sedang merindukan pemimpin yang memiliki
sikap yang tegas dan berani. Sikap itulah yang tertuju pada sosok mantan Danjen
Kopasus ini.
Pemilu
2014 ini juga akan menjadi ajang yang berat bagi PBB dan PKPI, karena dalam
berbagai survei perolehan suara dua partai ini di bawah ambang batas parlemen. Ini
menjadi warning bagi pengurus partai untuk terus bisa meningkatkan keoercayaan publik
terhadap visi dan misi yang diusung untuk lima tahun ke depan.
[1] “Survei
Jelang Pemilu, PDIP dan Golkar Bersaing Ketat (09/03/2014)”, vivanews.com, diakses
tanggal 10 Maret 2014.
No comments:
Post a Comment