Pages

Thursday 19 September 2013

DEMOKRAT FOBIA TEHADAP ANAS

Oleh: Dedet Zelthauzallam
 Partai Demokrat merupakan partai penguasa saat ini. Demokrat menjadi partai yang memiliki power yang kuat, baik di legislatif maupun di ekskutif. Mulai dari RI-1, menteri sampai kepala daerah, Gubernur dan Bupati banyak dipegang oleh kader PD. PD menjadi partai yang bisa dikatakan sangat sukses, dimana di usianya yang masih muda bisa menjadi pemenang.
Belakangan ini, banyak isu yang menerpa Partai Demokrat. Isu yang paling santer adalah isu korupsi para kader PD. Banyak kader PD yang tersandung masalah korupsi, khususnya korupsi pada proyek Hambalang. Dalam proyek Hambalang banyak sekali kader PD yang tesandung, dimulai dari Bendahara Umum PD, Nazaruddin, disusul Angelina Sondakh, Andi Malarangeng  sampai terakhir Ketua Umum PD, Anas Urbaningrum.
Penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka menjadi polemik tersendiri di internal PD. Banyak kader PD yang bisa dikatakan sebagai loyalis Anas menganggap penetapan ketua umum sebagai tersangka adalah bentuk dari ketidaksenangan para elite PD terhadap Pak Anas. Dengan ditetapkannya Anas sebagai tersangka, maka Anas secara langsung mengumumkan pengunduran dirinya sebagai ketua umum. Posisi ketua umum pun diserahkan kepada Pak SBY. Alasannya SBY ditunjuk adalah untuk bisa menaikkan elektabilitas partai yang sedang terombang-ambing.
Inilah politik, tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingan. Ungkapan tersebut sangat cocok dalam menggambarkan polemik antara Anas dengan PD. Pak Anas dalam menghadapi kasus Hambalang tidak mendapat bantuan dan dukungan PD. PD melepaskan Beliau begitu saja, meskipun sampai saat ini Anas masih belum disidang apalagi dibui.
Sepertinya elite PD sangat senang dengan kepergian Anas. Anas sebagai kader muda yang memiliki pontensi yang luar biasa malah dibuang dan dijadikan tumbal serta musuh. PD seperti sangat takut dengan sosok mantan ketua HMI ini.
Ketidaksenangan PD terhadap Anas bisa dilihat dari banyaknya para pendukung Anas yang diberhentikan dan dicopot dari jabatan strategis. Ini memang ironis, ada apa dibalik semua ini? Hanya bisa dijawab inilah kejamnya politik.
Disharmonisasi antara PD dengan Anas yang paling bisa publik lihat adalah dari kasus rotasi terakhir di kubu PD. Saan Mustopa dan Gde Pasak Suardika menjadi korban dari PD. Keduannya dicopot dari jabatan, wasekjen dan Ketua Komisi III. Ini diakibatkan oleh kedatangannya pada saat deklarasi ormas yang dipelopori Anas.
Ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) yang dideklarasikan oleh Anas pada tanggal 17 Septembar 2013 merupakan ormas yang bergerak dibidang budaya. Pada saat deklarasi ada beberapa kader PD yang hadir. Alhasil, kader PD tersebut diberikan sangsi. Kader PD tersebut dianggap membelot dari partai.

Benar memang, PD sedang dilanda phobia terhadap Anas. Pastinya banyak orang bertanya-tanya, mengapa PD sangat anti terhadap Anas? Seharusnya partai besar dan notabenenya adalah partai penguasa tidak boleh takut dengan seorang tokoh, tetapi inilah PD dibawah pimpinan Pak SBY. 

No comments:

Post a Comment