Manajemen pada hakikatnya adalah suatu
kegiatan dari pimpinan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dengan melalui
kegiatan orang lain. Karena itu, selain perencanaan yang terarah dan
terorgnisasi secara matang maka diperlukan tindakan lanjutan yaitu actuating atau penggerakan.
Actuating adalah menggerakan
orang agar supaya mau bekerja dengan sendiri dan penuh kesadaran secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan yang kita kehendaki. Menurut Prof. Dr. H.
Arifin Abdurrachman, “Penggerakan adalah manajemen untuk membuat orang-orang
lain suka dan dapat bekerja”. Teori x dan y Mac Gregor dalam leadership dimana manusia memiliki kecenderungan berbuat
baik dan juga memiliki kecenderungan berbuat sekehendak dirinya, maka unsur
penggerakan di dalam aktivitas organisasi menjadi penting.
Kelompok yang dominan tidak mau bergerak maka digerakkan oleh manajemen,
kelompok yang penuh inisiatif cukup diberikan pengamatan sepintas, ia sudah
dewasa dan ia sudah memilik rasa bertanggungjawab
sehingga manajemen hanya memberikan
penghargaan psikis.
Terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja organisasi
dengan penggerakkan terhadap bawahan yang dilakukan pimpinan, hubungan tersebut
terletak pada :
a. Dengan penggerakkan yang semula enggan dan tidak
semangat, akan mengubah dirinya menjadi rajin dan bersemangat;
b. Ketidakfahaman anak buah dalam pelaksanaan tugas
seringkali menjadikan dirinya bersifat menunggu perintah, penggerakkan salah
satunya berfungsi mengingatkan kelalaian;
c. Bawahan memperoleh semangat ketika diberikan peringatan
untuk peningkatan kinerja individu, hal ini terkait dengan teknik penggerakkan
dari pemimpin, dan terkait pula dengan teknik pendekatan yang digunakan;
George R. Terry mengemukakan
bahwa actuating adalah “Tindakan
untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai
sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha
organisasi”. Sedangkan Dr. Sondang P. Siagian
menyatakan bahwa “Penggerakan (Motivating)
dapat defenisikan sebagai kesuluruhan proses memberikan motif bekerja kepada
bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi
tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis”.
Lain
halnya dengan Prof. Dr. Mr. Prayudi Atmosudirjo, beliau mengemukakan bahwa actuating adalah aktivitas yang serba aneka ragam, yang terdiri
atas:
a) Komunikasi, artinya selalu berbicara dan berhubungan
dengan bawahan;
b) Human relation, artinya selalu memperhatikan nasib karyawannya;
c) Leadership, artinya menunjukkan dan membuat bawahan merasa bahwa
mereka dilindungi dan dibimbing;
d) Pengembangan eksekutif, artinya selalu berusaha agar
setiap bawahan dapat mengambil keputusan sendiri yang tepat dalam melaksanakan
tugas atau kewajiban masing-masing;
e) Pengembangan rasa dan tanggung jawab, artinya
mengembangkan rasa pada diri setiap bawahan untuk menunaikan dengan sebaik-baiknya
apa yang menjadi tugas dan kewajiban masing-masing;
f) Pemberian komando, artinya memberikan perintah, instruksi
dan petunjuk, meminta laporan dan pertanggung jawaban, juga memberikan pujian
atau marah;
g) Mengadakan pengamatan atas pekerjaan aktivitas bawahan
yang langsung dipimpinnya;
h) Pemeliharaan moral dan disiplin, artinya mendidik dan
memberi contoh kepada bawahan tentang apa yang baik atau patut dijalankan,
menjaga ketertiban, kesopanan dan kerukunan.
Lembaga Administrasi Negara
(1958: 46), menjelaskan bahwa pengertian penggerakan adalah:
“Upaya agar tiap pegawai
atau tiap anggota organisasi berkeinginan dan berusaha mencapai tujuan yang
telah direncanakan, sebagaimana yang ingin juga dicapai oleh pimpinan”.
Selanjutnya dijelaskan bahwa
penggerakan selalu bersangkutan dengan orang karena esensinya adalah:
a. Mendapatkan
orang-orang yang cakap.
b. Menyampaikan
kepada mereka tujuan yang perlu dicapai.
c. Menjelaskan
apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya.
d. Memberikan
kewenangan-kewenangan, dan
e. Membangkitkan rasa kepercayaan pada diri sendiri mengenai
kemampuannya dalam mencapai tujuan.
Bagi pemimpin organisasi
penggerakan sangat penting artinya dan seorang pemimpin harus dapat mengarahkan
bawahannya dengan bijaksana. Agar dalam menggerakan orang-orang dapat berjalan
dengan objektif, maka ada 10 anjuran yang dikemukakan oleh George R. Terry dalam
LAN (1985: 47) sebagai berikut:
1) Buatlah orang merasa penting, yang dimaksudkan di sini
adalah agar orang dihargai, terdapat dari apa pun pekerjaannya karena yang
penting ialah bagaimana ia mengerjakannya;
2) Kenali perbedaan-perbedaan individual perintah atau
instruksi yang dikeluarkan harus memperhitungkan dan memperhatikan ini;
3) Berikan bimbingan yang memadai, masalahnya memberikan
pedoman kerja perlu jelas, tetapi singkat;
4) Praktekkan partisipasi dalam manajemen. Tiap pegawai
merupakan suku cadang dari seluruh mesin manajemen. Jika pegawai diajak
berembuk mengenai apa yang akan dilakukan, maka semangat berparisipasinya akan
tinggi;
5) Akui bahwa
kebanyakan orang adalah menurut hak. Jika hak pegawai diberikan, maka timbullah
pengertian yang baik;
6) Jadilah pendengar yang baik. Tiap pegawai perlu diberikan
kesempatan untuk mengemukakan keluhan. Keluhan ini sudah sepatutnya didengar,
diperhatikan dan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan;
7) Cegahlah
argumentasi, semua orang tidak senang pada alasan, lebih-lebih yang dicari-cari
sebagai dalih;
8) Ketahui perasaan orang yang dimaksud ialah jangan berbuat
sesuatu yang menimbulkan sentimen dan emosi yang meluap;
9) Lakukan sesuai dengan cara bertanya. Ini merupakan tekhnik
persuasi;
10) Adakan pengawasan yang efektif. Hendaknya pengawasan
tidak mematikan, melakukan justru mempertinggi motivasi pegawai untuk bekerja
sebaik mungkin.
Dalam hubungan inilah,
penggerakan amat penting artinya, seorang pemimpin harus dapat mengarahkan
bawahannya secara sukarela. Harus diusahakan supaya para karyawan mau bekerja
dengan sungguh-sungguh. Untuk itu diperlukan kegiatan dari “actuating” dari pimpinan, agar para pegawai mengetahui tugas
masing-masing dan mencegah jangan timbul kesalahpahaman.
No comments:
Post a Comment