Oleh: Dedet Zelthauzallam
Pemilu
2014 diwarnai dengan berbagai strategi dari parpol peserta pemilu untuk mampu memenangkannya.
Antara partai yang satu dengan lainnya tentunya caranya berbeda-beda. Ada yang
menentukan capres dan cawapres dengan cara konvensi, pemira dan lainnya. Ada juga
yang menentukan capres dan cawapresnya sebelum pemilihan legislatif. Adapun
yang belum memikirkan siapa capres dan cawapres yang akan diusungnya.
PDI-P
yang diunggulkan menjadi pemenang dalam berbagai lembaga survei menyatakan
tidak akan menentukan capres dan cawapres yang akan diusungnya sebelum pemilu legislatif.
Padahal publik sangat menunggu siapa yang akan diusungnya, apakah Megawati atau
Jokowi. Apa yang dilakukan PDIP membuat rakyat bisa dikatakan galau, karena
melihat hasil survei, Jokowi selalu menempati urutan teratas sebagai pengganti
SBY.
Kegalauan
publik akhirnya berakhir pada hari Jum’at tanggal 14 Maret 2014 sekitar pukul
14.45 WIB. Megawati selaku Ketua Umum PDIP secara mengejutkan mendeklarasikan
Jokowi sebagai capres yang akan diusung partai berlambang banteng ini. Mandat
tersebut ditulis tangan langsung oleh Megawati. Teka-teki pun berakhir mengenai
siapa capres PDIP.
Keputusan
Megawati ini patut diberikan jempol, karena ini menjadi pendidikan yang sangat
berharga bagi politisi Indonesia. Sikap seperti ini sangat langka dimiliki oleh
politisi kita. Adigium yang menyatakan bahwa mau jadi capres terlebih dahulu
harus menjadi ketua partai dipatahkann di negeri ini. Megawati sudah
membuktikannya dengan legowo memberikan mandat kepada sosok Jokowi yang
notabenenya adalah pengurus partai tingkat daerah.
Penunjukan
Jokowi sebelum pemilu legislatif akan memberikan efek yang besar. Efek langsungnya
bisa dilihat dari nilai rupiah terhadap dolar semakin menguat dan IHSG pun
melonjak ke arah positif. IHSG melejit sekitar 152 poin. Ini berarti pasar merespon
positif pencalonan mantan Walikota Surakarta ini.
Direktur
Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda , memprediksi ada pergeseran peta politik
paska PDIP mengumumkan Jokowi secara resmi menjadi capres. Majunya Jokowi
disebutnya akan mengurangi jumlah capres yang akan bertarung pada tanggal 9
Juli 2014. Hanta memperkirakan hanya akan ada sekitar 3-4 pasangan yang akan
maju dalam pilpres.
Banyak
survei menyatakan bahwa dengan penunjukan sarjana kehutanan UGM ini sebelum
pemilu legislatif akan melambungkan suara PDIP. Diyakini PDIP akan bisa meraup
suara di atas 20% atau mampu mencapai targetnya yaitu 27%. Dengan kata lain penunjukan
Jokowi memiliki korelasi positif dengan perolehan suara PDIP.
Caleg
PDIP di seluruh Indonesia tentunya sangat senang mendengar pengusungan Jokowi,
karena akan berdampak langsung terhadap mereka. Kita ketahui bersama, saat ini
Jokowi sangat dielu-elukan publik di seluruh Indonesia, sehingga konstituen akan
terpengaruh dan berpeluang mengubah pilihannya kepada PDIP.
Pendeklarasian
Jokowi itu tentunya memberikan warning
bagi parpol lainnya untuk lebih bekerja keras. Dikatakan demikian karena suami
Iriana ini memiliki tingkat elektabilitas yang melambung jauh di atas lainnya
dan diyakini akan mampu menarik suara pemilih, sehingga suara parpol lainnya
akan bisa tertarik ke PDIP. Parpol lainnya harus menyiapkan strategi yang bisa
membendung Jokowi efek. Paling tidak bisa mempertahankan basis suaranya supaya
tidak beralih ke PDIP.
Efek
Jokowi ini akan kita lihat pada tanggal 9 April 2014. Apakah akan ada korelasi
dengan suara PDIP atau tidak. Tetapi saya yakin, PDIP akan menjadi pemenang dan
bisa memperoleh suara di atas 20%.
No comments:
Post a Comment