Oleh: Dedet Zelthauzallam
Siapa
tidak kenal dengan negera kita, Indonesia. Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan alam
yang melimpah ruah nan subur menjadi rebutan negara-negara eropa. Portugis dan
Spanyol sebagai pioner untuk mendatangi Indonesia. Tujuan utama mereka adalah untuk
berdagang. Namun karena saking terpikatnya melihat negeri yang subur, dimana
semua jenis tanaman bisa tumbuh maka mereka pun berusaha untuk menjajah negeri
ini.
Di
negeri yang subur yang di atasnya bisa tumbuh hampir semua jenis tanaman dan di
bawahnya terdapat kekayaan alam, seperti emas, batu bara, minyak dan sebagainya
yang melimpah ruah, harus menelan pil pahit dimana negeri ini masih belum mampu
memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya. Negeri ini harus meminta pasokan dari
negeri orang.
Bayangkan
saja negeri yang subur harus mengimpor beras, kedelai, bawang merah dan
sejenisnya dari negeri orang. Belum lagi hal lainnya, seperti minyak. Untuk minyak,
lebih khususnya premium pemerintah harus mengeluarkan subsidi yang sangat
banyak.
Miris
memang,namun ini harus dijadikan sebagai intropeksi bagi semua pihak, lebih
khusus pemerintah yang memiliki kewenangan mengeluarkan kebijakan. Pemerintah tidak
boleh selalu menjawab setiap masalah dengan jalan pintas. Jalan pintas yang
dimaksud adalah melakukan impor.
Bisa
dilihat dewasa ini, pemerintah selalu menjawab sesuatu masalah dengan impor. Menjelang
lebaran harga daging sapi meroket karena disebabkan jumlah daging sapi kurang, pemerintah
memilih impor. Saat ini kedelai kurang, pemerintah lagi-lagi impor. Bisa dikatakan
impor sebagai suatu hobi dari pemerintah Indonesia atau impor dijadikan lahan
basah bagi para pejabat.
Kalau
pemerintah melakukan impor, impor dan impor selalu, maka masalah tidak akan
bisa diselesaikan. Bolehlah masalah tersebut akan menghilang sejenak atau dalam
jangka pendek, namun akan kembali lagi. Semua masalah akan bisa diselesaikan ketika masalah tersebut dijawab
melalui suatu proses pemberdayaan. Pemberdayaan disini meliputi pemberdayaan
sumber daya manusia dan sumber daya alam. Ketika SDA dan SDM yang ada
dimaksimalkan, maka masalah tersebut bukan hanya bisa terselesaikan, namun juga
kita akan bisa menjadi negeri pengekspor, bukan lagi pengimpor.
Itu
bukan hal yang mudah tetapi tidak mustahil ketika semua elemen, khususnya pemerintah memiliki
komitmen. Komitmen untuk melakukan perubahan di negeri ini harus dilakukan oleh
semua pihak. Satu dengan lainnya harus saling bahu-membahu. Negeri ini harus
mandiri dan berdikari. Jangan sampai negara yang subur malah menjadi negeri
yang serba kekurangan.
Saat
ini, kita ketahui bersama dunia sedang dilanda krisis. Krisis global ini juga mau
tidak mau berdampak ke Indonesia. Inilah momentum yang bagus untuk Indonesia.
Indonesia harus bisa memperkuat perekonomian dalam negeri supaya Indonesia
menjadi negara yang kuat dalam hal perekonomian. Indonesia tidak boleh selalu
impor. Saatnya Indonesia bangkit. Indonesia Jaya.
No comments:
Post a Comment