Pages

Saturday, 22 June 2013

DIBALIK GAGALNYA KOTA MANADO MENDAPATKAN ADIPURA KENCANA

Oleh: Dedet Zelthauzallam
Pada tanggal 10 Juni 2013 di Istana Negara dilakukan pengumuman pemenang Adipura. Adipura merupakan suatu penghargaan yang diberikan kepada kota di seluruh Indonesia yang mampu menjaga dan mengelola kebersihan lingkungan perkotaan. Adipura ini merupakan salah satu program dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Piala Adipura ini langsung diserahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada bupati/walikota yang daerahnya menjadi juara.
Untuk tahun 2013, Kota Manado kembali mendapatkan piala Adipura. Ini berarti menjadi suatu prestasi yang dikatakan luar biasa, karena dalam tujuh tahun berturut-turut Kota Manado mendapatkan penghargaan bergengsi ini. Namun yang perlu disayangkan adalah ketidakmampuan Kota Manado untuk meraih Adipura Kencana. Padahal di tahun ini, Manado sudah masuk dalam katagori peraih Adipura Kencana bersama Kota Malang dan Kota Balikpapan untuk katagori kota besar. Tetapi, Kota Manado hanya mampu berada di urutan ke dua, kalah dengan Kota Balikpapan.
 Ketidakmampuan Kota Manado meraih Adipura Kencana tidak terlepas dari masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan sekitar. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam menjaga lingkungan tetap bersih, bebas dari sampah. Di Manado bisa dikatakan partisipasi masyarakat masih kurang.
Kota Manado di bawah pimpinan GS Vicky Lumentut dan Harley AB Mangindaan, sebenarnya sudah memiliki program yang bisa dikatakan sangat bagus untuk menjaga lingkungan tetap bersih, yaitu program Pembangunan Berbasis Lingkungan (PBL). Namun, PBL ini masih belum terealisasi secara maksimal di seluruh lingkungan. Masih banyak lingkungan di Manado yang bisa dikatakan kotor, yang hanya melaksanakan pembersihan pada saat ada kunjungan saja.
Banyak hal yang masih perlu dibenahi oleh pemerintah Kota Manado untuk bisa meraih Adipura Kencana. Yang paling penting adalah paradigma dari seluruh masyarakat Kota Manado harus diubah, mulai dari walikota sampai masyarakat umum. Kebanyakan masyarakat Manado melakukan dan melaksanakan kebersihan lingkungan pada saat menjelang penilaian Adipura. Kalau Adipura sudah lewat masyarakat tidak peduli lagi dengan lingkungan. Yang anehnya sampai-sampai tong sampah yang ada disimpan setelah penilaian Adipura. Kalau seperti itu berarti orientasi hanya pada adipura. Seharusnya semangat untuk menjaga lingkungan tetap ada dalam diri masyarakat Manado baik pada saat penilaian Adipura maupun tidak.
Sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan, ada banyak titik yang perlu dibenahi di Kota Manado, khususnya di seputaran Jalan A.A. Maramis Kecamatan Mapanget. Jalan A.A Maramis bisa dikatakan sebagai gerbang utama masuknya orang luar ke Manado, karena letaknya sangat strategis menghubungkan Bandara Samrat ke pusat kota. Seharusnya pemerintah Kota Manado lebih fokus melakukan pembersihan dan pemangkasan rumput di area jalan ini. Banyak tempat di seputaran jalan ini yang bisa dikatakan masih kurang diperhatikan, lebih khususnya di Monumen A.A. Maramis. Bayangkan saja monumen ini dipenuhi rerumputan dan sampah.
Besar harapan saya kepada pemerintah Kota Manado untuk bisa lebih meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Untuk pemerintah Kota manado juga saya harapkan lebih memperhatikan lagi cagar budaya yang ada, khususnya monumen A.A Maramis yang sudah sangat parah, karena sudah tidak terawat lagi.    


No comments:

Post a Comment