Oleh: Dedet Zelthauzallam
Pemilihan
presiden akan dilakukan pada tahun 2014 mendatang. Namun sudah banyak nama-nama
calon yang muncul. Ada juga yang sudah mendeklarasikan dirinya menjadi calon
presiden. Sebut saja Ketua Umum Partai Golkar, Abu Rizal Bakrie (ARB) sudah
satu tahun yang lalu mendeklarasikan dirinya menjadi presiden. Ada juga Prabowo
Subianto, Wiranto dan Megawati Sukarno
Putri yang berkeinginan kembali menjadi capres.
Nama-nama
di atas mungkin tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, karena mereka itu
bisa dikatakan muka-muka lama. Buk Mega dan Pak Wiranto sudah dari pmilihan
presiden 2004 ikut berpartisipasi, baik menjadi capres maupun cawapres. Tetapi
mereka selalu kalah dengan Susilo bambang Yudhoyono (SBY). Lalu yang menjadi
pertanyaan kita adalah bagaimana peluang muka-muka lama ini dalam pilpres 2014?
Kalau
berbicara peluang, maka bisa dikatakan muka-muka lama ini masih memilikinya.
Berdasarkan hasil survei di beberapa lembaga survei nama-nama mereka berada di
deretan atas, hanya saja mereka kalah dengan Jokowi.
Setelah
Jokowi menjadi gubernur DKI, elektabilitas dan kepopulerannya naik bak roket.
Jokowi mampu mengalahkan nama-nama lama yang sudah lama menjadi politikus
nasional. Bayangkan saja atasannya di Partai PDIP saja beliau kalahkan. Ini
merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa dari seorang tokoh baru.
Berdasarkan
hasil survei yang terakhir yang dilakukan oleh CSIS di 31 provinsi, kecuali
Papua dan Papua Barat. Survei ini dilakukan dengan metode tatap muka dengan
jumlah responden 1.635 orang. Pada survei ini menempatkan Jokowi sebagai capres
2014 pilihan rakyat dengan mendapatkan 28,6% suara. Mengalahkan nama-nama lama
seperti Probowo Subianto (15,6%), ARB (7%), Megawati (5,4%), JK (3,7%), Mahfud
MD (2,4%) dan Hata Rajasa (2,2%).
Dalam
survei yang sama juga menempatkan Jokowi sebagai pejabat negara yang paling
populer dengan popularitas mencapai 85,9%, unggul jauh dari pejabat negara
lainnya. Di belakangnya disusul oleh Ani Yudhyono (78,5%), Sri sultan
Hambengkubowono X (59,5%) dan tokoh lainnya.
Berdasarkan
survei di atas bisa disimpulan bahwa Jokowi merupakan tokoh paling pontensial
untuk menggantikan SBY di kursi RI-1. Tetapi yang menjadi masalah adalah apakah
Pak Jokowi akan mancalonkan diri dan partai mana yang akan meminang Jokowi
untuk menjadi calon.
Mengapa
Pak Jokowi mampu mengalahkan muka-muka lama?
Joko
Widodo atau lebih dikenal Jokowi merupakan seorang sosok pemimpin yang baru
muncul di permukaan. Lalu kenapa Jokowi bisa mengalahkan muka-muka lama? Ini
disebabkan karena sosok Jokowi yang sangat berbeda dengan pemimpin lainnya.
Sosoknya yang sederhana, merakyat dan apa adanya menjadi nilai lebih dari
Jokowi. Ditambah lagi dengan gaya blusukan yang dilakukan olehnya.
Setelah menjabat menjadi gubernur DKI nama
Jokowi menjadi buah bibir di seluruh penjuru nusantara. Sosok Jokowi yang
sangat merakyat itu seolah-olah menjadi harapan baru rakyat Indonesia untuk
bisa membawa perubahan bagi bangsa Indonesia. Krisis kepemimpinan yang sedang
melanda Indonesia seakan-akan terobati dengan datangnya Jokowi.
Rakyat
Indonesia sangat mendambakan pemimpin yang benar-benar mendengarkan suara
rakyat. Harapan tersebut ditujukan kepada Jokowi. Dengan gaya Beliau yang
sangat khas diharapkan mampu mengubah paradigma para birokrat saat ini, yang
bisa dikatakan hanya duduk di kantor. Gaya blusukan dari Jokowi sangat disukai
oleh rakyat Indonesia.
Faktor-faktor
di ataslah yang membuat Jokowi mampu mengalahkan muka-muka lama yang
notabenenya lebih dulu dikenal oleh rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia
menganggap Jokowi adalah calon presiden alternatife. Tetapi andaikan Jokowi
tidak mencalonkan diri, maka peluang untuk tokoh-tokoh lama terbuka lebar dalam
memperebut kursi RI-1.
No comments:
Post a Comment