Pages

Friday, 8 February 2013

INDONESIA NEGARA IMPOR


Oleh : Dedet Zelthauzallam
Indonesia yang dikenal dengan kekayaan alamnya saat ini sangat memprihatinkan. Dibilang meprihatinkan,  karena Indonesia tidak bisa mengelola kekayaan yang dimilikinya dengan baik. Pemerintah Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyat dari sumber daya yang melimpah. Hal ini membuat pemerintah mengimpor barang dan kebutuhan pokok dari negara lain.
Bayangkan saja negara Indonesia yang memiliki lahan pertanian yang subur harus mengimpor beras, buah-buahan, sayur-sayuran dari negara lain. Negeri yang memiliki lahan peternakan yang luas harus mengimpor daging dari negeri tetangga. Sungguh sangat memprihatinkan bagi bangsa yang nan subur dan kaya ini. Masa depan Indonesia yang kaya ini makin curam.
Bisa dikatakan meng-IMPOR sebagai hobi dari pemerintah Indonesia. Seharusnya pejabat negeri ini malu mengimpor karena negeri ini kaya. Tetapi mungkin mengimpor sebagai lahan proyek bagi pejabat negeri ini. Keuntungan yang diambil sangat besar namun rakyatlah menjadi korban. Sungguh ironis bagi negeri ini, yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, yang terbentang dari Sabang-Merauke ini namun menjadai negeri pengimpor bukan pengekspor.
Dunia internasional pasti tertawa melihat keadaan negeri yang kaya ini. Kekayaan negeri ini khususnya dibidang pertambangan mereka keruk, mereka angkut dan mereka olah di negerinya. Setelah mereka olah dikembalikan lagi ke negeri ini dengan harga yang sangat mahal. Inilah bodohnya pejabat negeri ini yang tergiur dengan pajak yang diberikan oleh perusahaan asing.
Inilah pelajaran bagi kita sebagai penerus bangsa yang harus bisa menyelesaikan persoalan seperti ini. Indonesia yang pernah menjadi negara swamsebada pangan harus dikembalikan lagi. Sumber daya yang dimiliki negeri ini harus bisa dikelola dengan baik. Jadilah negeri yang pemalu, budayakan malu mengimpor sehingga bangsa lain menjadi segan dengan keadaan negeri ini yang kaya. Jangan mau diinjak-injak oleh bangsa lain yang jauh kalah dengan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
INDONESIA NEGARA IMPOR
Indonesia yang dikenal dengan kekayaan alamnya saat ini sangat memprihatinkan. Dibilang meprihatinkan,  karena Indonesia tidak bisa mengelola kekayaan yang dimilikinya dengan baik. Pemerintah Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyat dari sumber daya yang melimpah. Hal ini membuat pemerintah mengimpor barang dan kebutuhan pokok dari negara lain.
Bayangkan saja negara Indonesia yang memiliki lahan pertanian yang subur harus mengimpor beras, buah-buahan, sayur-sayuran dari negara lain. Negeri yang memiliki lahan peternakan yang luas harus mengimpor daging dari negeri tetangga. Sungguh sangat memprihatinkan bagi bangsa yang nan subur dan kaya ini. Masa depan Indonesia yang kaya ini makin curam.
Bisa dikatakan meng-IMPOR sebagai hobi dari pemerintah Indonesia. Seharusnya pejabat negeri ini malu mengimpor karena negeri ini kaya. Tetapi mungkin mengimpor sebagai lahan proyek bagi pejabat negeri ini. Keuntungan yang diambil sangat besar namun rakyatlah menjadi korban. Sungguh ironis bagi negeri ini, yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, yang terbentang dari Sabang-Merauke ini namun menjadai negeri pengimpor bukan pengekspor.
Dunia internasional pasti tertawa melihat keadaan negeri yang kaya ini. Kekayaan negeri ini khususnya dibidang pertambangan mereka keruk, mereka angkut dan mereka olah di negerinya. Setelah mereka olah dikembalikan lagi ke negeri ini dengan harga yang sangat mahal. Inilah bodohnya pejabat negeri ini yang tergiur dengan pajak yang diberikan oleh perusahaan asing.
Inilah pelajaran bagi kita sebagai penerus bangsa yang harus bisa menyelesaikan persoalan seperti ini. Indonesia yang pernah menjadi negara swamsebada pangan harus dikembalikan lagi. Sumber daya yang dimiliki negeri ini harus bisa dikelola dengan baik. Jadilah negeri yang pemalu, budayakan malu mengimpor sehingga bangsa lain menjadi segan dengan keadaan negeri ini yang kaya. Jangan mau diinjak-injak oleh bangsa lain yang jauh kalah dengan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.

No comments:

Post a Comment