Oleh: Dedet Zelthauzallam
Dewasa
ini dunia seolah-olah tanpa batas (borderless
world). Informasi antar negara dengan cepat bisa diakses dan diketahui oleh
negara lainnya. Kecepatan penyebaran informasi bisa dikatakan melebihi
kecepatan cahaya. Internet dan media televisi menjadi pemain utama, karena
kecepatannya melebihi media cetak. Mbah “Google”
sebagai gudang informasi yang hampir bisa menyediakan semua kebutuhan pencari
informasi dari seluruh penjuru dunia menjadi pemain inti. Luar biasa memang
kemajuan informasi melalui tehnologi terkini.
Di
era saat ini atau yang lebih kita kenal dengan era globalisasi banyak hal yang
perlu diperhatikan., khususnya bagi negara berkembang. Langkah yang diambil
harus tepat dan tidak gegabah demi menjaga stabilitas negara. Disinilah peran
pemimpin dibutuhkan. Pemimpin harus bisa memfilter
dengan cepat perubahan yang terjadi. Perubahan akan membawa dua hal, yaitu
kebaikan dan keburukan. Tergantung dari mana pemimpin melihat perubahan itu
sendiri. Kemampuan memenej perubahan sangat dibutuhkan.
Era
globalisasi ini akan terasa sangat berat ketika Indonesia belum siap, terlebih saat
ini sedang dilanda berbagai krisis multidemensi. Menurut Azizy (2007: 4) krisis
multidemensi itu tampak menyerupai lingkaran setan (vicious crises). Jika diuraikan lingkaran setan ini mencakup
hampir seluruh dimensi kehidupan bangsa dan bahkan mencapai tingkat paling mengerikan,
yakni terjadinya krisis kemanusiaan yang meliputi: 1) krisis moral dan etika,
2) krisis hukum, 3) krisis moneter, 4) krisis ekonomi, 5) krisis kepercayaan
antar elite, 6) krisis politk, 7) krisis kepercayaan dikalangan masyarakat, dan
8) krisis kemanusian atau krisis moral bangsa[1].
Peran
pemimpin sangat dibutuhkan untuk bisa menghadapi dan memenangkan perubahan. Pemimpin
disini harus bisa menghadapi tetapi harus tetap bisa mempertahankan nilai-nilai
dasar yang ada di Indonesia. Ciri khas dari negara kita harus tetap dijaga,
supaya menjadi sumber kekayaan. Pancasila dan UUD 1945 menjadi pedoman pemimpin
dalam menjalankan dan menghadapi perubahan.
Berat
memang tugas pemimpin di era globalisasi ini. Kualitas dari kepemimpinan
nasional masih jauh dari harapan. Banyak kritik dari berbagai pihak, baik dari
kalangan elite maupun awam. Sistem produksi pemimpin nasional juga masih banyak
terdapat pokok-pokok persoalan yang ditemukan. Pokok persoalan itu berupa, pertama, rendahnya integritas moral dan
etika kepemimpinan pada pemimpin nasional, dua,
rendahnya komitmen pemimpin nasional untuk mewujudkan pemilu yang berkualitas, tiga, kurangnya legitimasi pemimpin
nasional, dan empat, lemahnya
manajemen penyelengaraan pemilu[2].
Persoalan
tersebutlah menjadikan masyarakat pesimistis dalam menghadapi pemilu 2014. KPU
sebagai lembaga independen penyelenggara pemilu dinilai masih belum mampu
memperlihatkan hasil yang memuaskan. Masih banyak kelemahan, mulai dari DPT
sampai sistem yang akan dilakukan. Itulah yang menyebabkan pemimpin yang dihasilkan
dari kualitas masih sangat “less”,
sehingga pemimpin belum bisa menghadapi era globalisasi dengan baik.
Seharusnya
pemimpin yang akan dihasilkan dari pemilu adalah pemimpin yang berkualitas. Berkualitas
dalam artian bisa menghadapi perubahan dan bisa mempertahankan ciri khas dari
negara Indonesia, khususnya adat istiadat dan budaya yang sudah terbentuk dari
zaman dulu.
Pemimpin
global yang dibutuhkan memiliki pemikiran yang visioner tanpa meninggalkan
karakter bangsa Indonesia yang ada dalam Pancasila dan UUD 1945. Dalam Pancasila
paling tidak ada lima hal yang perlu diperhatikan, mulai dari ketuhan,
kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan sosial. Lima hal mendasar
tersebut tidak boleh hilang dan ditinggalkan dalam melakukan perubahan. Perubahan
yang dilakukan harus tetap berpijak pada lima hal tersebut, sehingga perubahan
ini bisa mengarah kepada perubahan yang dibutuhkan. Bukan perubahan yang tidak
memiliki arah dan malah memperlemah karakter bangsa ini. Globalisasi akan bisa
kita lalui dengan sukses dan berhasil dengan cara tersebut.
[1]
Dr. Asmawi Rewansyah, MSc, “Reformasi Birokrasi Dalam Rangka Good Governance”, (Jakarta: CV. Yusaintanas Prima, Februari
2010), 5-7
[2] Dr.
Adi Sujatno, S.H., M.H dan Drs Asep Suhendar, M.Si, “Konsep Ideal Kepemimpinan
Nasional Nusantara, Menjawab Tantangan Global”, (Jakarta: PT. Yellow Multi
Media, 2013), 57-60.
No comments:
Post a Comment