Konflik
dalam organisasi tidak akan dapat dihindarkan. Konflik akan selalu ada dalam
setiap kehidupan, baik itu berupa konflik pribadi dan kelompok. Konflik memang
menjadi suatu masalah yang perlu dan selalu dicari problem solving demi menjaga kehormonisan dalam suatu kelompok
organisasi, sehingga tujuan dari organisasi bisa tercapai.
Banyak
pendapat ahli mengenai pengertian dari konflik. Pandangan antara ahli yang satu
dengan lainnya pasti berbeda. Tergantung dari mana ahli tersebut memandangnya. Menurut
P.W. Cummings (1980) mendefinisikan konflik sebagai suatu proses interaksi
sosial dimana dua orang atau lebih, atau dua kelompok atau lebih, berbeda atau
bertentangan dalam pendapat tujuan mereka. Sedangkan menurut Alisjahbana, konflik
adalah perbedaan pendapat atau pandangan diantara kelompok-kelompok masyarakat
yang akan mencapai nilai yang sama.
Dari
pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan konflik organisasi menurut Walton
R.E. (1987:2) adalah perdedaan idea tau inisiatif antara bawahan dengan
bawahan, manajer dengan manajer dalam mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan (coordinated activities). Pengertian yang
lebih lengkap dijelaksan oleh Stoner dan Wankel (1986) bahwa konflik organisasi
adalah ketidaksesuaian antara dua orang anggota organisasi atau lebih yang
timbul karena fakta bahwa mereka harus berbagi dalam hal mendapatkan
sumber-sumber daya yang terbatas, atau aktivitas-aktivitas pekerjaan dan atau
karena fakta bahwa mereka memiliki status, tujuan, nilai-nilai atau persepsi
yang bebeda.
Jadi
dari beberapa pendapat ahli di atas, maka ciri-ciri organisasi yang sedang
mengalami konflik adalah sebagai berikut:
1. Terdapat
perbedaan pendapat atau pertentangan antara individu atau kelompok.
2. Terdapat
perselisihan dalam mencapai tujuan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi
dalam menafsirkan program organisasi.
3. Terdapat
pertentangan norma dan nilai-nilai individu maupun kelompok.
4. Adanya
sikap dan perilaku saling meniadakan, menghalangi pihak lain untuk memperoleh
kemenangan dalam memperebutkan sumber daya organisasi yang terbatas.
5. Adanya
perdebatan dan pertentangan sebagai akibat menculnya kreativitas, inisiatif
atau gagasan bar dalam mencapai tujuan organisasi.
Bisa disimpulkan
bahwa, proses terjadinya konflik itu sebenarnya tidak terjadi secara mendadak
atau tiba-tiba, tetapi melalui suatu tahapan-tahapan tertentu. Hendricks W.
(1992) mengindentifikasi proses terjadinya konflik terdiri dari tiga tahap,
yaitu peristiwa sehari-hari, adanya tantangan dan timbulnya pertentangan. Sedangkan
menurut A.M. Hardjana (1994) menyebutkan bahwa lingkaran konflik terdiri dari
hal-hal sebagai berikut: (1) kondisi yang mendahului, (2) kemungkinan konflik
yang dilihat, (3) konflik yang dirasa, (4) perilaku yang Nampak, (5) keonflik
ditekan atau dikelola, (6) dampak konflik.
Dengan demikian, maka proses dari konflik itu
bisa diidentifikasi untuk dicari penyelesaiannya atau malah bisa memperbesar
konflik yang ada, sesuai dengan kepentingan dari pihak yang berkonflik. Itulah yang
dimaksud oleh George F. Terry (1986) yang menyatakan bahwa konflik itu pada
umumnya mengikuti pola yang teratur yang ditandai dengan timbulnya suatu
krisis, selanjutnya terjadi kesalahpahaman antar individu maupun kelompok dan
konfrontasi menjadi pusat perhatian, pada tahap berikutnya krisis dialihkan
untuk diarahkan dan dikelola.
Dari proses
terjadinya konflik, maka konflik memiliki
sifat yang dinamis, bukan statis. Lebih jelasnya, Tosi (1990:519) menggambukan
beberapa model proses konflik dari Pondy, Filley, Hickson dan Thomas menjadi
lima, yaitu:
1. Antecedent
Conditions
Antecedent
Conditions merupakan kondisi yang menyebabkan atau mendahului suatu peristiwa. Peristiwa
yang dapat mengawali terjadinya konflik adalah adanya kekecewaan (frustration).
2. Perceived
Conflict
Tahap
ini adalah antara kedua belah pihak sudah merasakan adanya konflik. Ini dapat
dilihat dari adanya persaingan antara individu atau kelompok yang satu dengan
yang lainnya.
3. Manifested
Conflict
Dalam
tahap ini, antara pihak yang berkonflik sudah menampakkan peristiwa konflik. Bentuknya
bisa berupa lisan, salaing mendiamkan, bertengkar dan berdebat.
4. Conflict
Resolution or Suppression
Tahap
ini adalah tahap pengelolaan konflik. Pimpinan atau manajerlah yang memiliki
tanggung jawab dalam hal ini.
5. Aftermath
Aftermath
maksudnya adalah dampak yang disebabkan oleh konflik.
No comments:
Post a Comment